Selasa, 25 Desember 2012

Tanpa Intervensi Politik, Konferensi MWC NU Manyar Lancar

GRESIK-Duet KH. Zainul Arifin dan Ainul Ma'arif terpilih sebagai Rois Syuriah dan Ketua Tanfidziyah Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Manyar Periode 2012-2017 dalam konferensi yang berlangsung di PP Al-Amin Desa Manyar Rejo Kecamatan Manyar, Selasa (25/12). Proses pemilihan yang dipimpin Sekretaris PC NU Gresik, Muslimin SH, MM berlangsung singkat.
Buktinya, Rois Syiriah disetujui aklamasi karena beberapa calon yang masuk dalam bursa tidak memenuhi syarat pencalonan. Tetapi, ketika proses pencalonan Ketua Tanfidzyah sedikit ketat sebab ada 2 kandidat yang memenuhi untuk dicalonkan yakni Fauzi dan Ainul Ma’arif. Akhirnya, Ainul Ma’arif mampu menggunguli Fauzi.
Kendati demikian, Muslimin SH MM yang memimpin jalannya sidang tetap mengacu tata tertib yakni memberikan kesempatan kepada calon untuk ikrar siap dicalonkan. Begitu juga bagi calon tanfidzyah tetap harus mendapat persetujuan dari Rois Syuriah terpilih.
Ternyata, Rois Syuriah terpilih KH Zainul Arifin tidak keberatan dengan munculnya 2 kandidat Ketua Tanfidziyah. Sehingga, pelaksanaan pemilihan berlangsung lancar.
Yang menarik, tak terlihat kepentingan politis dalam pemilihan tersebut. Sebab, mayoritas ranting hendak kembali ke khittah. Terbukti, terjadi sedikit kericuhan ketika Komisi C yang membahas rekomendasi, visi dan orientasi salah dalam membuat redaksional langsung mendapat protes keras. Sebab, redaksi yang dibuat cenderung multitafsir sehingga mudah diseret dalam politik praktis.
“Tidak ada kepentingan politik yang bermain. Semua pengurus hendak kembali ke jalan yang lurus,”ujar Komandan Banser PAC Manyar, H. Slamet yang mengamankan jalannya konferensi MWC Manyar dengan nada serius.
Karena tidak ada kepentingan politik praktis, Rois Syuriah terpilih KH. Zainul Arifin langsung melontarkan berbagai kritik kepada anggota legislatif dari Kecamatan Manyar yang notabene kader NU. Sebab, perjuangannya dinilai belum maksimal dalam mengupayakan pembangunan yang dirasakan nahdliyin. Buktinya, mbanyak jalan poros desa yang masih rusak tetapi belum diupayakan untuk perbaikan.
Termasuk, mengkritik kepengurusan MWC NU Manyar 2 periode sebelumnya yang terjebak dalam politis praktis sehingga melupakan berbagai hal yang lebih urgen. Misalnya, mengurus sertifikat kantor MWC NU Manyar.(sho)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar