Dampak sangay terasa bagi pelaku ULM yang menggunakan bahan pokok bawang putih dalam produksinya.
Misalnya yang dirasakan oleh Hj. Julul Waroh (51) salah seorang pelaku UKM di Desa Klangonan Kecamatan Kebomas.
Sejak harga bawang putih melonjaknya tinggi, dia mendapat keuntungan yang sangat kecil. Bahkan, wanita paruh baya tersebut terancam rugi jika harga bahan baku produknya tidak kunjung stabil.
"Kalau harga bawang putih tetap tinggi, saya bisa rugi. Karena harga kerupuk yang kami jual, hanya bisa naik sedikit. Kalau harganya dinaikkan terlalu tinggi, pasti pembeli akan lari," tuturnya kepada wartawan disela-sela membeber produksinya agar terkena panas matahari, Rabu (13/3).
Kebutuhan bawang putih setiap hari untuk produksi kerupuk, kata Hj. Julul Waroh, sekitar 5 kilogram. Nah, ketika harga bawang putih naik seperti sekarang ini, dia hanya membeli bawang puting 1 kilogram perhari.
Harga bawang putih di pasaran yang sudah mencapai sebesar Rp.55.000,- perkilogram dan cenderung naik, membuatnya harus memutar otak. Untuk menyiasati, Julul Waroh, mengurangi produksi kerupuk bawang miliknya dan beralih kepada kerupuk ikan.
"Agar tidak rugi terlalu besar, saya terpaksa mengurangi produksi kerupuk bawang dan meningkatkan produksi kerupuk ikan," ujarnya
Sebelum harga bawang putih naik, sambung Hj. Julul Waroh, biasanya keuntungan yang diperoleh sebesar Rp.600.000,-perhari.
Setelah ada kenaikan harga bawang putih, keuntungan menurun drastis menjadi sekitar Rp. 150.000,-perhari.
Agar usahanya maupun pelaku UKM lainnya tak gulung tikar akibat harga bawang putih yang melonjak, Hj. Julul Waroh berharap pemerintah segera mengambil langkah cepat untuk menstabilkan kembali harga bawang putih. (sho)
Posting Komentar