"Saya bersedia membantu untuk mesin bekas kalau bermanfaat untuk pendidikan. Daripada dicor yang dijual kiloan,"ujar Dirut SG, Ir Dwi Soetjipto dihadapan peserta seminar Har
teman-Hari Guru Nasional yang berlangsiung di Wisma A. Yani, Rabu (21/11).
Untuk mewujudkannya, Dwi Sotjipto memperislahkan guru atau lembaga pendidikan melakukan koordinasi dengan unit sarana dan prasana PT. Semen Gresik.
Dwi juga mengaku pernah mengandeng dunia pendidilan ketika di Semen Padang dengan mengundang dosen ITB untuk beberapa hari di pabrik semen disana. "Siapa tahu ada ide baru untuk kemajuan pabrik,"tandasnya.
Lembaga pendidikan lain yang pernah diundang, kata Dwi Soetjipto yakni ITS. Namun, sebatas dosen yang diundang untuk mempelajari sekaligus menemukan inovasi demi kemajuan perusaahaan.
Dwi Soetjipto juga memberikan kritik konstruktif kepada guru-guru yang hadir dalam seminar. Sebab, guru yang hebat seringkali pelit berbagi ilmu pengetahuan karena khawatir ada pesaing.
"Betapa guru membutuhkan terus sharing kebaikan kepada sesama. Karena seringkali guru yang hebat tidak mau berbagi karena takut tersaingi,"imbuhnya.
Lalu, Dwi Soetjipto mengutip sebuah buku yanh inspiratif dimana ada seorang petani jagung yang selalu menang dan mendapatkan penghargaan dari jagung yang ditanam. Padahal, dia membagi benih jagung tersebut kepada tetangganya sesama petani jagung.
Ternyata, petani yang selalu mendapat penghargaan ketika ditanya wartawan mengaku kalau serbuk sari tanaman jagung selalu dihembuskan angin. Sehingga, serbuk sari tersebut akan tumbuh ditempat yang awalnya hasilnya jelek menjadi baik.
"Begitu juga guru membutuhkan terus sharing kebaikan kepada sesama. Jangan takut tersaingi,"pungkasnya.(sho)
Posting Komentar