Kendati demikian, sebanyak 350 aparat keamanan gabungan dari Sabhara Polres Gresik, Brimob Polda Jatim dan TNI dengan membentuk barikade membantu pengaman Panitera Sekretaris (Pansek) PN Gresik Syaiful Bachri membacakan surat penetapan eksekusi .
Ada yang membawa tameng plus pentungan, sebagian lainnya membawa senjata gas air mata.
Penjagaan ketat aparat kepolisian dan TNI dilakukan, karena sepekan sebelumnya terjdi kericuhan akibat eksekusi liar yang dilakukan pemohhon eksekusi. Bahkan ada 3 orang yang terluka.
Sekitar pukul 10.00 dua bangunan permanen dan semi permanen yang berdiri diatas lahan tersebut kemudian dirobohkan masyarakat setempat. Sedangkan, barang milik keluarga Samari dipindahkan ke Balai Desa setempat.
Hingga akhir eksekusi dan pembongkaran 2 bangunan diatas pekarangan yang menjadi sengketa, semua berjalan aman.
Ribuan warga desa yang sedang dilandah pro dan kontra terkait kepemimpinan Achmad Syafii tumplek blek di jalan desa
"Lega rasanya. Sudah 32 tahun saya berjuang,"kata Muntajiah kepada wartawan di lokasi eksekusi.
Janda Samari itu menambahkan setelah pengosongan, pihaknya tetap memperbolehkan para penjual untuk jualan dilahannya.
"Saya masih belum mempunyai rencana untuk membangunnya,"tambah istri H.Abdul Khayin tersebut.
Pengosongan rumah yang didiami istri dan empat anak Samari itu membuat sebagian masyarakat setempat berempati kepada keluarga Samari.
"Mereka itu anak yatim. Saya tidak tega melihat nasib bu Sholikha dan anak-anaknya,"ujar Aslikah dan Majidah ditemui di lokasi eksekusi.
Sholikha dan empat anaknya ketika eksekusi dilakukan tidak berada di Sumurber.
"Mereka sudah ngungsi ke Sawo (Desa Sawo Kecamatan Dukun0. Sakit-sakitan,"imbuh Aslikah.
Sengketa lahan gono gini terjadi sekitar 1982 lalu.(sho)
Posting Komentar