GRESIK-Pemahaman guru terhadap Ahlusunah Wal Jama'ah (Aswaja) harus tuntas. Sebab, Aswaja tidak dapat hanya diartikan sebagai Manhajul Qauli atau mazhab. Sehingga aswaja hanya dianggap suatu aliran atau sekte yang dalam wilayah teologi menganut madzhab pemikiran Abu hasan al-Asy'ri dan Abu Mansyur al Maturidi. Sedangkan dalam wilayah fiqih menganut mazhab empat yakni Syafi'I. Hambali. Maliki. dan Hanafi. Untuk wilayah tassawuf menganut mazhab pemikiran imam Al Ghozali dan Imam Junaidi Al Bagdadi.
Khususnya, bagi guru yang tergabung dalam Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu). Sebab, mereka harus dapat menjadi pengawal di sekolah maupun lingkungan sekitarnya. Bahkan, ada faham lain yang mencoba merongrong Aswaja. Untuk itu, Pergunu Gresik memulai program pemantapan Aswaka dengan melaksanakan workshop bertema pengembangan profesionalisme guru yang berlangsung di Perguruan Ma’arif NU Desa Randegansari Kecamatan Driyorejo.
“Tujuan program pemantapan Aswaja ini, diantaranya supaya semua guru khususnya yang tergabung dalam Perguru Gresik benar-benar dapat memahami Aswaja. Kita harapkan, guru dalam Pergunu Gresik tidak sekedar mengawal Aswaja di sekolah saja, tetapi juga lingkungan sekitar,”ujar Ketua Pergunu Gresik, Sururi S.Ag kepada wartawan, Minggu (16/9).
Ditambahkan mantan anggota DPRD Gresik 2 periode itu, banyak sekali faham –faham lain yang bertujuan untuk merongrong faham Aswaja. Jika tidak memiliki pemahaman Aswaja yang tuntas, maka dapat terdorong mengikuti faham lain tersebut. Untuk itu, Pergunu Gresik wajib memiliki pemahaman yang tuntas tentang Aswaja.
Diera Globalisaksi ini, kompetensi guru sangat diperlukan. Apalagi, ada penilaian character building. Oleh karena itu, Perguru sebagai organisasi profesi harus menerapkan metode baru untuk program tersebut.
Dalam workshop Aswaja, para peserta mendapatkan banyak metode pembelajaran yang dapat memotivasi semangat para siswa untuk kegiatan belajar mengajar.(sho)
Posting Komentar