Pasalnya, inovasi yang ditampilkan oleh perusahaan-perusahaan dibawah naungan PTSI, cukup memikat pengunjung yang berjubel di stand-stand yang berjajar.
Misalkan stand yang ditampilkan anak perusahaan PTSI yaknii PT Semen Padang (Persero). Sebab, bahan baku semen memanfaatkan limbah berbahaya beracun (B3) Drilling Cemen Cutting (DCC) dari sisa pengeboran sumur minyak PT. Pertamina Sumsel, Riau, Jambi dan Chevron.
"Limbah B3 memang seharusnya dimusnahkan dan ditaruh di tempat khusus. Tapi, kita dapat izoin dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) untuk memanfaatkan Drilling Cemen Cutting (DCC) sebagai campuran limestone,"ujar Athila Boer selaku Ketua Innovation PT Semen Padang (Persero) di stand yang ditampilkannya.
Selain itu, PT Semen Padang (Persero) juga memanfaatkan Drilling Cutting (DC) yakni limbah B3 yang dihasilkan dari pengeboran panas bumi. Bahan baku tersebut diperoleh dari Supreme Energy Muaro Labuh.
"Selain kita mendapatkan bahan baku semen, kita juga mendapat keuntungan dari pengambilan limbah B3 itu. Keuntungan kita sekitar Rp. 3.278.250.000,-pertahun,"paparnya.
Ditambahkan Athila Boer, pemanfaatan limbah B3 DCC dan DC tersebut telah digunakan di pabrik Semen Padang di Indarung V Padang.
Dijelaskan, komposisi untuk rawmix yakni bahan semen dari limestone sebanyak 25.000 ton akan dicampur dengan DCC atau DC sebanyak 100 ton.
"Kemampuan kita masih sebanyak itu, setiap harinya,"tuturnya.
Yang menarik, Athila Boer menyatakan bahwa lumpur Lapindo sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk campuran bahan baku semen.
"Karena lumpur (Lapindo) itu berasal dari panas bumi. Sama dengan limbah B3 dari DC yang kita manfaatkan,"paparnya.
Bahkan, Athila Boer mengaku sudah pernah mengambil sample lumpur panas tersebut untuk diteliti. Dan menurutnya, lumpur dari perusahaan milik Abu Rizal Bakrie (ABR) tersebut dapat dijadikan bahan semen.(sho)
Posting Komentar