Pemicunya, mayoritas ibu-ibu tersebut khawatir tidak mendapat jatah paket sembako yang berisi 5 kg beras, 2 liter minyak goreng, 2 kg gula pasir dan 5 bungkus mie instan.
Seperti pembagian sembako gratis di Kelurahan Lumpur Kecamatan Gresik. Ibu-ibu tak sabar untuk antri menyetorkan kupon sembako gratsi yang ada stempel PKG.
Sebaliknya, mereka merangsek ke meja panitia pembagian sembako. Bahkan terjadi aksi dorong hingga situasi menjadi kacau. Ketika panitia menjelaskan melalui pengeras suara kalau mereka yang memiliki kupon pasti kebagian paket sembako, akhirnya situasi dapat terkendali.
Kondisi hampir sama terjadi di halaman kantor Kelurahan Tlogopojok Kecamatan Gresik. Pasalnya, banyak gakin di situ yang tidak didata sehingga terlewatkan mendapat jatah sembako gratis.
"Program (sembako gratis) ini, tidak tepat sasaran. Sebab, pembagiannya tidak merata. Justru menimbulkan konflik di masyarakat,"ucap salah satu tokoh pemuda Tlogopojok, Anja yang menyaksikan pembagian sembako gratis tersebut.
Penyebab ketidakmerataan data masyarakat yang berhak menerima paket sembako gratis di Kelurahan Tlogopojok, menurut lelaki berambut gondrong ini, karena data yang dimiliki PKG tidak update. Tetapi, menggunakan data masyarakat miskin tahun 2010 lalu.
"Selama 3 tahun, sudah banyak perubahan di masyarakat. Petrokimia Gresik menggunakan data tahun 2010. Sehingga, pembagiannya tidak merata dan menimbulkan konflik di masyarakat,"tukasnya.
Kalau data tidak update, kata Anja, lebih baik menggunakan pola pasar murah dengan setengah harga di pasaran bukan pembagoian sembako gratis.
"Sekalian saja digelar pasar murah, biar ketahuan yang banyak duit langsung memborong,"pungkasnya.(sho)
Posting Komentar